Kamis, 07 November 2013
Salah satu sentra Kerajinan Pahat Batu yang cukup terkenal di Kabupaten Magelang adalah Desa Tamanagung. Dari 16 dusun yang ada di desa ini empat di antaranya mayoritas penduduknya bekerja sebagai perajin pahat batu. Keempat dusun tersebut adalah Dusun Ngawisan, Ngadiretno, Tejowarno, dan Prumpung. Dusun yang disebutkan terakhir ini merupakan cikal-bakal sentra Kerajinan Pahat Batu di Desa Tamanagung.
Batu yang dipahat adalah jenis batu andesit. Batu andesit dipilih karena letak dusun ini berdekatan dengan lereng Gunung Merapi. Kawasan ini menghasilkan batu yang melimpah ruah. Menurut cerita, bahan baku untuk pemugaran Candi Borobudur diambil dari Lereng Gunung Merapi. Ketika itu, Dusun Prumpung merupakan tempat transit bahan baku sebelum dibawa ke Candi Borobudur. Soalnya letaknya cukup strategis. Berada tepat di tengah-tengah antara Lereng Gunung Merapi dengan Candi Borobudur.
Pada tahun 1930, tiga orang pemahat batu dari Dusun Prumpung ini dipekerjakan oleh Theodoor Var Erp untuk memugar Candi Borobudur. Salah satu dari ketiga orang tersebut adalah Salim Djajapawiro. Dari keturunan Salim Djajapawiro inilah seni pahat batu mulai nampak dan berkembang di Dusun Prumpung. Doelkamid Djajaprana atau yang akrab dipanggil Djayaprana adalah salah seorang putra Salim Djajapawiro yang disebut-sebut sebagai perintis kerajinan pahat batu di Dusun Prumpung pada tahun 1953. Berawal dari idenya, Djajaprana mengajak dua orang saudaranya Ali Rahmad dan Karin mencoba untuk memahat batu berbentuk kepala Buddha dengan mencontoh patung Buddha di Candi Borobobudur.
Melihat kesuksesan usaha pahat, warga di sekitarnya pun beramai-ramai menimbah ilmu kepada pria kelahiran tahun 1969 itu. Sejak itulah, nama dusun ini diganti menjadi Sidoharjo. Kata “Sidoharjo” dalam bahasa Jawa terdiri dari dua kata yaitu sido yang berarti jadi, dan harjo yang berarti ramai. Jadi, Dusun Sidoharjo dapat diartikan sebagai dusun menjadi ramai.
KEISTIMEWAAN
Di desa ini terdapat ratusan sanggar pahat batu. Memproduksi berbagai jenis, bentuk, dan ukuran kerajinan pahat batu. Semua terbuat dari bahan alami seperti batu putih, batu granit, maupun batu lava (batu candi). Jalan-jalan kesini kamu nggak cuma melihat hasil kerajinan pahat batu yang sudah jadi. Tapi juga bisa memesan langsung sesuai dengan seleramu.
Para perajin pahat batu di desa ini mampu melayani pesana patung dengan variasi ketinggian mulai dari ukuran 50 cm hingga puluhan meter. Para perajin disini juga sering dapat order untuk membuat tiruan berbagai bangunan bersejarah di beberapa negera. Misalnya Angkor Wat di Kamboja, Pagoda Dagong Shwe di Myanmar, atau Istana Potala di Tibet. Selain patung-patung klasik dan bangunan bersejarah, para perajin juga melayani pesanan patung untuk keperluan interior dan exterior hotel, perkantoran, biara, maupun klenteng.
Disini kamu juga bisa lihat langsung para pemahat membuat berbagai kreasi kerajinan pahat batu. Jadi kmau bisa sekalian belajar Sob. Kamu juga bisa melihat berbagai teknik yang digunakan oleh para perajin. Misalnya untuk membuat kesan kuno pada sebuah patung atau arca, para perajin pada umumnya menggunakan bahan-bahan yang hampir sama yaitu berupa teh, kunyit, gambir, dan tanah liat. Namun, sebagian dari perajin, selain mencampurkan bahan-bahan tersebut juga menambahkannya dengan air accu (air aki) yang berfungsi untuk memperbesar pori-pori patung. Setelah berbagai bahan tersebut dioleskan ke seluruh permukaan patung, patung tersebut kemudian dibakar dengan kayu bakar. Teknik yang lebih unik lagi yaitu seusai dilumuri berbagai ramuan, patung tersebut dikubur di dalam tanah selama satu tahun lebih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar